Assalamualaikum,
saya ingin berbagi tugas mengenai mata kuliah Komunikasi Data dan Jaringan
Komunikasi. Semoga menjadi bermanfaat untuk para pembaca :)
Tugas Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
by:
Nama : Mona Meidya Mustika
NIM : D22.2011.01054
1.
LRC (Logitudional Redundancy Check)
Dalam telekomunikasi, cek redundansi
longitudinal (LRC) atau cek redundansi horizontal adalah bentuk cek redundansi
yang diterapkan secara independen untuk masing-masing kelompok paralel stream
bit. Data harus dibagi menjadi blok transmisi, untuk mana data cek tambahan
ditambahkan.
Istilah ini biasanya berlaku untuk
parity bit tunggal per bit stream, meskipun juga dapat digunakan untuk merujuk
ke kode Hamming yang lebih besar. Sementara paritas membujur sederhana hanya
dapat mendeteksi kesalahan, itu dapat dikombinasikan dengan error control
coding tambahan, seperti cek redundansi melintang, untuk memperbaiki kesalahan.
Telecom standar ISO 1155 menyatakan
bahwa redundansi longitudinal yang memeriksa urutan byte dapat dihitung dalam
perangkat lunak dengan algoritma berikut:
Set LRC = 0
For each byte b in the buffe do
Set
LRC = (LRC + b) AND 0xF end do
Set LRC = (((LRC XOR 0xFF) +
1) AND 0xFF)
yang dapat dinyatakan sebagai "nilai 8-bit
two's-komplemen dari jumlah semua byte modulo 28."
8-bit LRC seperti ini setara dengan
cek redundansi siklik menggunakan x8 +1 polinomial, tetapi kemerdekaan bit
stream kurang jelas ketika melihat seperti itu.
Banyak protokol menggunakan seperti
XOR berbasis redundansi byte cek longitudinal (sering disebut Blok Centang
Karakter atau BCC), termasuk standar IEC 62056-21 untuk pembacaan meter
listrik, kartu pintar seperti yang didefinisikan dalam ISO 7816, dan protokol
ACCESS.bus.
Gambaran LRC dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Untuk melakukan perhitungan LRC,
ditambahkan karakter tambahan (bukan satu bit) di bagian kiri dan bagian bawah
blok :
1.
Block Check Character (BCC) pada tiap blok data. Tiap bit BCC merupakan pariti
dari semua bit dari blok yang mempunyai nomor bit yang sama. Jadi bit 1 dari
BCC merupakan pariti genap dari semua bit 1 karakter yang ada pada blok
tersebut, dan seterusnya
2.
Ditentukan seperti parity, tetapi menghitung secara longitudinal pada pesan
(dan juga secara vertikal)
3.
Kalkulasi berdasarkan pada bit ke-1, ke-2 dst (dari semua karakter) pada blok
menggunakan operator XOR (paritas genap) atau ~XOR (paritas ganjil) :
Ø Bit ke-1 dari BCC ß jumlah 1 pada
bit ke-1 dari karakter
Ø HBit ke-2 dari BCC ß jumlah 1 pada
bit ke-2 dari karakter
Ø 98% laju deteksi error untuk burst
errors ( > 10 bit)
Ø Mampu mengoreksi error sebuah bit
Ø Mampu mengoreksi error sebuah drive
yang rusak (dalam RAID)
Ø Perbaikan signifikan dibandingkan
parity checking
Contoh : Akan dilakukan pentransmisian
string “DATA” dengan teknik LRC paritas ganjil. Data tersebut diubah menjadi
sebuah blok yang terbagi menjadi empat baris. Masing-masing karakter
direpresentasikan dengan biner kemudian dihitung paritasnya baik secara
longitudinal maupun horizontal.
2.
CYCLIC REDUNDANCY CHECK (CRC) ARITMATIKA MODULO 2
I. DESKRIPSI
SIMULASI :
Cyclic
Redundancy Check (CRC) adalah salah satu metode pendeteksian kesalahan (error
detection) yang paling umum digunakan, dan salah satu yang paling kuat dalam
hal mendeteksi kesalahan kode-kode biner yang diterima oleh pesawat penerima.
Simulasi CRC Aritmatika Modulo 2 diawali dengan memasukan nilai Pesan (diwakili
variable ‘M’), Pola (P) dan nilai n-bit dari FCS. Setelah nilai-nilai ini diisi
dalam variable, program akan mencari dahulu berapakah nilai FCS nya (dalam
biner) dengan cara memodulokan nilai M*2n, sisa hasil baginya merupakan nilai
FCS. Setelah itu, nilai FCS tadi ditambahkan dengan Pesan agar didapat nilai
dari bit yang akan dikirim. Dalam simulasi ini, kita akan mengecek nilai bit
yang diterima dengan cara memodulokan nilai bit yang diterima dengan Pola yang
sebelumnya digunakan untuk menentukan nilai FCS. Disini, kita sendiri yang
menentukan nilai bit yang akan diterima. Program akan menunjukan ‘tidak terjadi
error’ apabila tidak ada sisa saat bit yang diterima dimodulokan dengan Pola.
Dan sebaliknya, program akan menunjukan ‘terjadi error’ apabila ada sisa saat
bit yang diterima dimodulokan dengan Pola. Dalam simulasi ini juga akan
diplotkan nilai bit yang dikirim dan yang diterima.
II. MANFAAT
SIMULASI :
1.
Dapat menentukan adanya error /kesalahan pada data yang ditransmisikan
2.
Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai cara kerja CRC Aritmatika Modulo 2
III. FLOW
CHART & SOURCE CODE
5.1. Flow Chart :
CYCLIC REDUNDANCY CHECK (CRC) ARITMATIKA MODULO 2
5.2 Source code :
input(‘CYCLIC REDUNDANCY CHECK’);
input(‘MODULO
2′);
input(‘M = Pesan’);
input(‘P = Pola’);
input(‘n = Banyak bit pada FCS’);
M = input(‘masukan nilai M :’, ‘s’);
M = bin2dec(M);
P = input(‘masukan nilai P :’, ‘s’);
P = bin2dec(P);
n = input(‘masukan nilai n (dalam biner) :’, ‘s’);
n = bin2dec(n);
disp (‘M =’); disp (M);
disp (‘P =’); disp (P);
disp (‘n =’); disp (n);
R = mod ((n*M),P);
T = (n*M) + R ;
T1 = input (‘masukan nilai yang akan di terima Receiver :’, ‘s’);
input(‘M = Pesan’);
input(‘P = Pola’);
input(‘n = Banyak bit pada FCS’);
M = input(‘masukan nilai M :’, ‘s’);
M = bin2dec(M);
P = input(‘masukan nilai P :’, ‘s’);
P = bin2dec(P);
n = input(‘masukan nilai n (dalam biner) :’, ‘s’);
n = bin2dec(n);
disp (‘M =’); disp (M);
disp (‘P =’); disp (P);
disp (‘n =’); disp (n);
R = mod ((n*M),P);
T = (n*M) + R ;
T1 = input (‘masukan nilai yang akan di terima Receiver :’, ‘s’);
Rx = str2num
([T1]);
disp (‘T =’); disp (dec2bin (T));
disp (‘T1 = ‘); disp (T1);
T1 = bin2dec (T1);
if ((mod (T1,P))-(mod (T,P)) == 0);
disp (‘tidak ada error’);
else
disp (‘terjadi error’);
end;
Tx = input (‘untuk membuat plot silahkan masukan nilai T:’, ‘s’);
Tx = str2num ([Tx]);
disp (‘T =’); disp (dec2bin (T));
disp (‘T1 = ‘); disp (T1);
T1 = bin2dec (T1);
if ((mod (T1,P))-(mod (T,P)) == 0);
disp (‘tidak ada error’);
else
disp (‘terjadi error’);
end;
Tx = input (‘untuk membuat plot silahkan masukan nilai T:’, ‘s’);
Tx = str2num ([Tx]);
subplot(2,1,1);
stairs(Tx,’–rs’,'LineWidth’,5,’MarkerEdgeColor’,'k’,'MarkerFaceColor’,'g’,'MarkerSize’,1)
title(‘sinyal yang ditransmisikan’);
title(‘sinyal yang ditransmisikan’);
subplot(2,1,2);
stairs(Rx,’–rs’,'LineWidth’,5,’MarkerEdgeColor’,'k’,'MarkerFaceColor’,'g’,'MarkerSize’,1)
title(‘sinyal yang diterima’);
title(‘sinyal yang diterima’);
Tidak ada komentar:
Posting Komentar